Selamat datang di blog bp3k kecamatan cicantayan kabupaten Sukabumi Jawa Barat, bagi masyarakat terutama wilayah kecamatan cicantayan saat ini bisa memanfaatkan sarana ini sebagai komunikasi, konsultasi terutama yang terkait dengan pertanian, perikanan dan kehutanan untuk lebih jelas datang aja kekantor BP3K Cicantayan.

Jumat, 07 Juni 2013

BETERNAK PUYUH


Cara Budidaya/ Ternak Puyuh Lengkap
Pada kesempatan kali ini akan disajikan tentang bagaimana cara beternak burung puyuh. Budidaya/ beternak burung puyuh sebenarnya menjanjikan jika ternak puyuh tersebut dilakukan dengan benar. Selamat menyimak artikel ternak burung puyuh.

1. SEJARAH SINGKAT BURUNG PUYUH
Puyuh merupakan jenis burung yg tdk bisa terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek & bisa diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar).  Ternak Puyuh pertama kali di Amerika Serikat, tahun 1870. & terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia ternak puyuh semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yg ada di Indonesia.

2. SENTRA PETERNAKAN BURUNG PUYUH
Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di 
  • Sumatera.
  • Jawa Barat.
  • Jawa Timur.
  • Jawa Tengah
3. JENIS BURUNG PUYUH
  • Kelas : Aves (Bangsa Burung)
  • Ordo : Galiformes
  • Sub Ordo : Phasianoidae
  • Famili : Phasianidae
  • Sub Famili : Phasianinae
  • Genus : Coturnix
  • Species : Coturnix-coturnix Japonica
4. MANFAAT BURUNG PUYUH
  • Telur & dagingnya mempunyai nilai gizi & rasa yg lezat
  • Bulunya sbg bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
  • Kotorannya sbg pupuk kandang ataupun kompos yg baik bisa digunakan sbg pupuk tanaman
5. PERSYARATAN LOKASI BURUNG PUYUH
  • Lokasi jauh dr keramaian & pemukiman penduduk
  • Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak & jalur-jalur pemasaran
  • Lokasi terpilih bebas dr wabah penyakit
  • Bukan merupakan daerah sering banjir
  • Merupakan daerah yg selalu mendapatkan sirkulasi udara yg baik.[Lokasi Yang Cocok Untuk Budidaya Burung Puyuh]
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA BURUNG PUYUH
A. Penyiapan Sarana & Peralatan

Perkandangan
Dalam sistem perkandangan yg perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yg ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pd siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku utk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi bisa masuk kedalam kandang. Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yg biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) & sistem sangkar (batere). Ukuran kandang utk 1 m 2 bisa diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor utk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m 2 sampai masa bertelur. Adapun kandang yg biasa digunakan dlm budidaya burung puyuh adalah:

1.Kandang utk induk pembibitan
  • Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas & kemampuan meghasilkan telur yg berkualitas. Besar atau ukuran kandang yg akan digunakan harus sesuai dgn jumlah puyuh yg akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
2. Kandang utk induk petelur
  • Kandang ini berfungsi sbg kandang utk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, & keperluan peralatan yg sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
3.Kandang utk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
  • Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pd umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dgn dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi utk menjaga agar anak puyuh yg masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung & mendapat panas yg sesuai dgn kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yg sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, & tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
4.Kandang utk puyuh umur grower (3-6 minggu) & layer (lebih dr 6 minggu)
Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur & tempat obat-obatan.

Penyiapan Bibit Burung Puyuh
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) & pengelolaan usaha peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dgn tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
  1. utk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yg sehat atau bebas dr kerier penyakit.
  2. utk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan & puyuh petelur afkiran.
  3. utk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yg baik produksi telurnya & puyuh jantan yg sehat yg siap membuahi puyuh betina agar bisa menjamin telur tetas yg baik.
B.Pemeliharaan
1) Sanitasi & Tindakan Preventif
  • Untuk menjaga timbulnya penyakit pd pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang & vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
2) Pengontrolan Penyakit
  • Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat & apabila ada tanda-tanda yg kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dgn petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dr Poultry Shoup.
3) Pemberian Pakan
  • Ransum (pakan) yg bisa diberikan utk puyuh terdiri dr beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah & tepung. sebab puyuh yg suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dgn mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi & siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. utk pemberian minum pd anak puyuh pd bibitan terus-menerus.[Tips Cara Memelihara Burung Puyuh]
4) Pemberian Vaksinasi & Obat
  • Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dgn dosis separo dr dosis utk ayam. Vaksin bisa diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dgn meminta bantuan petunjuk dr PPL setempat ataupun dr toko peternakan (Poultry Shoup), yg ada di dekat Anda ternak puyuh.

7. HAMA & PENYAKIT BURUNG PUYUH
Radang usus (Quail enteritis)
  • Penyebab: bakteri anerobik yg membentuk spora & menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pd usus. Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair & mengandung asam urat. Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yg sehat dr yg tlah terinfeksi.
Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
  • Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tdk menentu & lumpuh. Pengendalian: pertama dengan menjaga kebersihan lingkungan & peralatan yg tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yg mati segera dibakar/dibuang. Ini akan bermanfaat jika di jadikan pakan lele. Kedua yaitu pisahkan ayam yg sakit, mencegah tamu masuk areal ternak puyuh tanpa baju yg mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
Berak putih (Pullorum)
  • Penyebab: Kuman Salmonella pullorum & merupakan penyakit menular. Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut & sayap lemah menggantung. Pengendalian: sama dgn pengendalian penyakit tetelo.
Berak darah (Coccidiosis)
  • Gejala: tinja berdarah & mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; atau bisa dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dlm air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
Cacar Unggas (Fowl Pox)
  • Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dr semua umur & jenis kelamin. Gejala: timbulnya keropeng-keropeng pd kulit yg tdk berbulu, seperti pial, kaki, mulut & farink yg apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah. Pengendalian: vaksin dipteria & mengisolasi kandang atau puyuh yg terinfksi.
Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yg bersifat sangat menular. Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk & bersi, mata & hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala & leher agak terpuntir. Pengendalian: pemberian pakan yg bergizi dgn sanitasi yg memadai.

Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus. Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang. Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang & lingkungan sekitarnya.

Penyebab: sanitasi yg buruk. Gejala: puyuh tampak kurus, lesu & lemah. Pengendalian: menjaga kebersihan kandang & pemberian pakan yg terjaga kebersihannya.[Hama dan Penyakit Burung Puyuh]

8. PANEN BURUNG PUYUH
Hasil Utama
  • Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yg menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yg dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
Hasil Tambahan
  • Sedangkan yg merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja & bulu puyuh.
 Demikian artikel tentang Ternak Puyuh (Beternak Burung Puyuh), semoga Cara Budidaya Burung puyuh di atas berguna. 

Disusun oleh: M. Ali, S.Pt (PPL BP3K Cicantayan)

Senin, 05 Desember 2011

BUDIDAYA SAPI POTONG



I. Pendahuluan.
Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. Penyuluh cicantayan  dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

II. Penggemukan
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

B. Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.


C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
  • Berumur di atas 2,5 tahun.
  • Jenis kelamin jantan.
  • Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
  • Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
  • Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
  • Kotoran normal




III. Tatalaksana Pemeliharaan.
3.1. Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

3.2. Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.


3.3. Pengendalian Penyakit.
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

IV. Produksi Daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1. Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4. Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

Disusun oleh M. Ali, S.Pt (penyuluh BP3K Cicantayan)

Selasa, 01 November 2011

Budidaya Ternak Kambing





 
I.        PENDAHULUAN
                Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari masyarakat, namun skala usahanya masih terbatas dengan sistem pemeliharaan dan perkembangbiakan secara tradisional. Kambing sudah lama diusahakan oleh masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50-150 gr/hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu : harus mengenal bangsa kambing dan cirri-ciri kambing untuk bibit, bahan pakan dan cara pemberiannya, serta tata laksana.
                Pemeliharaan ternak kambing sangat mudah karena tidak membutuhkan keterampilan yang khusus, sehingga peternak baru pun mampu secara cepat belajar manajemen pemeliharaan. Usaha ternak di pedesaan tidak memerlukan modal yang besar, karena dapat dilakukan dengan sistem gaduhan (bagi hasil anak), ataupun dengan pembelian induk yang tidak terlalu mahal bila dibandingkan dengan ternak besar. Penyediaan sumber pakan hijauan yang ada di pedesaan umumnya cukup berlimpah, seperti rumput lapangan, leguminosa, limbah pertanian (limbah sayuran, tanaman pangan, perkebunan), dan lainnya. Selain itu, dalam berusaha ternak kambing tidak perlu memiliki lahan yang luas, hanya diperlukan kandang (sesuai dengan jumlah yang akan dipelihara), pakan yang dapat diambil dari kebun, lapangan umum atau digembalakan di lahan-lahan umum (lapangan, di perkebunan, dan tempat lainnya).
II.       MENGENAL BANGSA KAMBING
1.     Kambing Kacang
kambing_kacang.jpg
Gambar Kambing Kacang
Kambing ini asli dari Indonesia dan memiliki cirri : badan kecil, pendek, telinga pendek, tegak, leher pendek, punggung meninggi, bertanduk baik jantan atau betina, tinggi badan 55-65 cm dan bobot hidup jantan sekitar 25 kg dan betina sekitar 20 kg.
2.     Kambing PE (Peranakan Etawah)
kambing_etawa.jpg
Gambar Kambing PE
Kambing ini merupakan persilangan kambing kacang dengan kambing etawah. Memiliki tanda-tanda antara lain telinga panjang sekitar 18-30 cm; bobot hidup dewasa jantan mencapai 40 kg dan betina sekitar 35 kg; tinggi punggung berkisar antara 76-100 cm; pada jantan, bulu bagian atas dan bawah leher, serta pundak lebih tebal dan agak panjang, sedangkan pada betina hanya bagian paha yang lebih panjang. Warna kambing ini bervariasi dari coklat sampai hitam.
3.     Kambing Merica
Kambing merica banyak terdapat di pulau Sulawesi, tubuhnya lebih kecil dari kambing kacang dan diduga masih satu keturunan dengan kambing kacang.
4.    Kambing Gembrong
kambing_gembrong.jpg
Gambar  Kambing Gembrong
Kambing ini banyak terdapat di Pulau Bali, memiliki tubuh lebih besar dari kambing kacang dan mempunyai bulu yang panjang, terutama yang jantan.
Selain kambing penghasil daging, ada kambing yang digunakan sebagai penghasil susu atau kambing tipe perah. Kambing ini mampu menghasilkan susu walaupun produktivitasnya rendah, namun harga susu kambing lebih mahal dibandingkan dengan susu sapi,. Berikut ini adalah contoh kambing tipe perah :
1.     Kambing Saanen
kambing_saanen.jpg
Gambar  Kambing Saanen
Kambing Saanen berasal dari Lembah Saanen Switzerland, memiliki tanda-tanda baik jantan maupun betina tidak bertanduk; warna putih atau krem pucat atau muda; hidung, telinga, dan ambing belang hitam; dahi lebar; telinga sedang dan tegak.
2.    Kambing Etawah (Jamnapari)
kambing_jamnapari.jpg
Gambar  Kambing Etawah / Jamnapari
Kambing etawah asli atau dikenal dengan kambing jamnapari berasal dari daerah Jamnapari India, dengan ciri-ciri hidung melengkung, telinga panjang (30 cm) terkulai, kaki panjang, dan berbulu panjang pada garis belakang kaki, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih. Jantan dan betina bertanduk dengan tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, dan yang betina dewasa antara 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa 36-63 kg. Rataan produksi susu kurang lebih 3 liter/ekor/hari dengan ambing relatif besar dan panjang seperti botol.
3.    Kambing Alpine
kambing_alpine.jpg
Gambar  Kambing Alpine
Kambing ini ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, tubuhnya besar dan tingginya sama dengan kambing saanen. Warna bulu bermacam-macam, dari putih sampai kehitam-hitaman dengan warna muka ada garis putih di atas hidung. Kambing ini dikenal sebagai kambing penghasil susu.
4.     Kambing (Anglo)-Nubian
kambing_anglo.jpg
Gambar Kambing Anglo Nubian
Kambing Anglo Nubian atau sering di sebut kambing Nubian memiliki bulu yang pendek, berkaki panjang, dan dapat menyesuaikan diri di daerah panas. Kambing ini merupakan kambing yang subur (beranak kembar) dan ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.
Untuk memilih kambing calon bibit, sebaiknya peternak mengenal ciri-ciri calon bibit, baik pada jantan maupun betina. Calon bibit jantan hendaknya memiliki : tubuh yang sehat, besar (sesuai umur), relatif panjang, dan tidak cacat; dada dalam dan lebar, dengan kaki lurus dan kuat serta tumit tinggi; penampilan gagah, aktif dan besar nafsu kawinnya; buah zakarnya normal (2 buah sama besar); alat kelaminnya kenyal dan dapat ereksi; kambing yang digunakan untuk bibit sebaiknya dari keturunan kembar; bulu bersih dan mengkilat. Seperti halnya pada jantan, betina calon bibit juga harus sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, kaki lurus dan kuat dan alat kelamin normal. Sebaiknya dipilih kambing yang mempunyai sifat keibuan dan memiliki ambing normal (halus, kenyal, tidak ada infeksi). Sebaiknya dipilih dari keturunan kembar. Bulu bersih dan mengkilat.
                Dalam maemilih calon bibit, hindari ternak cacat atau tidak normal, antara lain rahang atas dan bawah tidak rata; tanduk tumbuh melingkar menusuk leher; hanya mempunyai satu buah zakar, atau mempunyai dua buah tapi besarnya tidak sama; terdapat infeksi atau pembengkakan pada ambing/buah susu (untuk betina); kaki berbentuk huruf X atau pengkor; buta atau rabun, yang dapat diketahui dengan menunjuk-nunjukkan jari telunjuk di depan matanya, apabila ada reaksi berkedip berarti  ternak tersebut tidak buta; ternak majil/mandul.
                Selain itu, peternak juga harus mampu menentukan umur kambing. Pendugaan umur dapat dilakukan dengan melihat kartu identitas, dan dapat juga dengan melihat jumlah gigi seri tetap yang tumbuh. Bila gigi seri tetap belum ada, kambing berumur kurang dari satu tahun. Apabila sudah tumbuh gigi tetap sebanyak satu pasang (dua buah), maka diperkirakan berumur 1-2 tahun. Bila terdapat dua pasang, berarti kambing diperkirakan berumur antara 4-5 tahun. Apabila gigi seri tampak sudah mulai aus atau lepas, maka kambing tersebut sudah berumur lebih dari 5 tahun.
                Jika akan mengawinkan kambing, maka ternak betina harus dalam keadaan birahi dan sehat. Ternak kambing jantan dan betina harus di kumpulkan dalam satu kandang kawin. Perkawinan dapat terjadi 2 atau 3 kali, tetapi apabila ternak betina tidak mau di kawinkan lagi, berarti ternak betina tersebut telah bunting dan harus dipisahkan dengan ternak jantan.
                Ternak betina yang bunting mempunyai ciri-ciri nampak lebih besar, lebih gemuk di bagian perutnya, bulu makin mengkilap, ambing susunya makin membengkak dan menjadi besar, begitu pula dengan dengan puting susunya.
 
III.      PAKAN DAN PEMBERIANNYA
                Pakan berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, seperti produksi (tumbuh besar, gemuk, dan susu) dan untuk bereproduksi (kawin, bunting, beranak, dan menyusui). Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhannya dan jumlahnya di sesuaikan dengan status fisiologis ternaknya. Sebagai patokan umum yaitu 10% bahan kering dari bobot badan. Contoh : bila bobot hidup kambing 25 kg maka pemberian hijauan sekitar 2,5 kg kering atau 5 kg basah.
Pakan untuk kambing dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sumber energi, sumber protein, dan sumber mineral. Sumber energi antara lain jagung, sorgum, dedak padi, dedak gandum, dedak jagung, ketela rambat, singkong, onggok, rumput-rumputan dan jerami padi. Bahan pakan yang merupakan sumber protein antara lain jenis leguminosa glirisidia, turi, lamtoro, centrocema, dan sisa pertanian seperti : daun kacang, daun singkong, bungkil kedelai, biji kapas, ampas tahu, ampas kecap dan lain-lain. Sebagai sumber mineral misalnya air minum yang harus selalu tersedia di dalam kandang.
                Hijauan dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat pula dibudidayakan. Penanaman dapat dilakukan di areal yang tidak dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, seperti di galengan/pematang sawah, pinggir jalan, tanah desa, di lereng atau bahkan dapat di tanam sebagai pagar hidup, atau di areal tanam sebagai monokultur.
                Berbagai jenis hijauan yang dapat digunakan adalah rumput-rumputan (rumput alam, rumput gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja dan lain sebagainya) dan leguminosa (daun kacang-kacangan, lamtoro, turi, glirisida, kaliandra, albasia dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa hasil panen seperti daun ubi, daun nangka, daun kacang tanah, daun kacang kedelai, dan daun pisang juga dapat digunakan sebagai pakan kambing. Dalam pemberian pakan hijauan, perlu diperhatikan imbangan antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak. Pada kambing dewasa, pemberian pakan rumput dan leguminosa dapat diberikan dengan perbandingan 3:4. Namun bila ternak dalam keadaan bunting, sebaiknya perbandingan rumput dan daun leguminosa adalah 3:2. Lain halnya bila kambing sedang menyusui, perbandingan sebaiknya 1:1. Anak kambing lepas sapih diberikan rumput dan daun leguminosa dengan perbandingan 3:2. Hindari pemberian hijauan yang masih muda. Jika terpaksa digunakan hendaknya diangin-anginkan selama minimal 12 jam untuk menghindari terjadinya bloat (kembung) pada kambing.
Pakan sebaiknya diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), dan diberikan juga air minum dan garam beryodium secukupnya. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah, dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur berupa campuran dedak, ampas tahu, dan bahan lain yang tersedia sebanyak 0,5-1 kg/ekor/hari.
Bahan pakan berupa hijauan juga dapat diawetkan pada saat hijauan melimpah, seperti membuat silase atau hay. Jerami padi dan kacang-kacangan dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambing di saat musim kemarau.

IV.     TATA LAKSANA|
4.1.         Kandang
                Kandang terbuat dari bahan yang kuat dan harga murah dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di lokasi. Kandang harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah). Sebaiknya dibuat kandang dalam bentuk panggung dengan sekat yang dapat dibongkar pasang dan lantai dari bambu atau papan. Di belakang kandang dibuat penampungan kotoran dan sisa pakan. Sebagai patokan ukuran luas kandang adalah :  untuk jantan dewasa dibutuhkan 1,5 m2, untuk betina dewasa 1 m2,  untuk betina menyusui 1,5 m2, anak dan kambing muda 0,75 m2. Usahakan ada lampu penerang yang dipasang di dalam kandang. Selain itu, di dalam kandang juga perlu disediakan tempat pakan dan minum.
                Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah kandang menjadi bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, dan pertumbuhan kuman dan parasit jamur dapat ditekan. Namun demikian, beberapa kelemahan dari kandang panggung antara lain biaya relatif mahal, resiko ternak terperosok atau jatuh, dan kandang memikul ternak lebih berat.
4.2.         Pengelolaan Reproduksi.
                Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam 2 tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a.   Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6-10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapa 55-60 kg.
b.   Lama birahi 24-45 jam, siklus birahi berselang selama 17-21 hari.
c.    Tanda-tanda birahi: gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau atau diam bila dinaiki. Bila birahi pagi, maka esok atau sorenya harus dikawinkan
d.   Perbandingan jantan dan betina 1:10.
e.   Dengan pengelolaan yang baik, kambing dapat beranak 7 bulan sekali.
f.    Pekawinan kembali setelah melahirkan 1 bulan kemudian
g.   Penyapihan anak dilaksanakan pada 3-4 bulan.
Mengawinkan Ternak:
      Saat yang baik untuk mengawinkan kambing adalah 12-18 jam setelah tanda-tanda birahi muncul. Campurkan betina berahi dan pejantan dalam satu kandang. Hindari perkawinan sedarah atau garis keturunan yang sama antara jantan dan betina atau yang masih dekat hubungan kekerabatannya (anak dengan bapak, anak dengan induk, atau antar saudara kandung).
Ternak Melahirkan:
Tanda-tanda induk akan melahirkan:
a.   Pinggul mengendur.
b.   Ambing tampak besar dan puting susu terisi penuh.
c.    Alat kelamin (vulva) membengkak kemerah-merahan dan lembab.
d.   Gelisah, menggaruk-garuk tanah atau lantai kandang dan sering mengembik.
e.   Nafsu makan menurun.
Persiapan Perawatan Kelahiran:
a.   Bersihkan kandang.
b.   Sediakan alas yang kering dan bersih untuk menyerap cairan yang keluar selama proses kelahiran (jerami atau karung goni).
c.    Sediakan jodium tinctur untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar
Proses Kelahiran :
a.   Kantong ketuban pecah.
b.   Beberapa saat kemudian anak mulai keluar.
c.    Setelah anak lahir, potong tali pusar dan oleskan jodium tinctur pada bekas potongannya.
d.   Biarkan induk menjilati anak yang baru lahir. Jika induk tidak mau menjilati, bersihkan cairan yang menempel dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
e.   Bersihkan lubang hidung dan mulut anak kambing yang baru lahir agar mudah bernafas
Perawatan anak yang baru lahir:
a.   Setelah lahir, anak akan segera menyusu pada induknya. Sebaiknya anak dibantu untuk dapat segera menyusu ibunya.
b.   Anak yang tidak segera menyusu dalam waktu 12 jam setelah lahir harus segera diberi susu pengganti kolostrum.
Pembuatan susu kolostrum buatan:
                Campurkan 0,25-0,5 liter susu sapi atau susu bubuk dengan 1 sendok teh minyak ikan, 1 butir telor ayam dan setengah sendok makan gula pasir. Berikan dengan cara dicekok 3-4 kali sehari.
4.3.         Pengendalian Penyakit
                Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi, dan vaksinasi. Adapun penyakit yang sering menyerang ternak kambing adalah :
a.     Kurap/Kudis (Scabies)
Penyakit ini disebabkan oleh parasit kulit (termasuk kutu). Tanda-tanda yang diperlihatkan adalah: gelisah karena gatal, bulu rontok, kulit merah dan menebal. Tempat yang sering diserang yaitu muka, telinga, pangkal ekor, leher, dan bagian lainnya. Pencegahan  dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan ternak, serta memisahkan ternak sakit dari ternak yang sehat.
b.     Kembung Perut (Bloat/Thympani)
Penyakit ini disebabkan oleh  gas yang timbul karena makanan (rumput muda). Tanda-tanda yang diperlihatkan antara lain : perut sebelah kiri membesar, nafas pendek dan cepat, serta tidak mau makan. Pencegahan dilakukan dengan tidak memberi rumput muda. Bila terjadi,  beri ternak kambing larutan gula merah dan asam jawa, dan keluarkan gas dengan menguras perut kambing. Apabila ada ternak yang sakit, pisahkan dari kelompoknya.

Disusun oleh: M. Ali, S.Pt (Penyuluh Peternakan BP3K Cicantayan)